Terlahir
di kawasan pedesaan memang membuat orang cenderung memilih jalan kehidupan yang
sederhana, tanpa mimpi yang muluk-muluk. Itu juga yang membuat banyak keluarga
saya memilih jadi PNS, dan rata rata tetangga saya memilih untuk menjadi OB di
kapal pesiar. Lalu apakah sang pemimpi akan menghentikan langkahnya ketika
menghadapi kondisi yang seperti itu ??
Pada cerita laskar pelangi, bahkan diceritakan Andrea Hirata lahir
di daerah belitong, daerah terpencil di lepas pantai timur sumatera. Atau Iwan
Setyawan penulis bukui 9 Summer 10 Autums, ia lahir di daerah terpencil di
malang dalam lingkungan keluarga miskin. Masih banyak contoh lain dari sang
pemimpi sejati, yaitu mereka-mereka yang tak mampu bendung oleh apapun untuk
merealisasikan mimpi-mimpinya.
Di SMA saya dulu, kondisinya sama seperti orang-orang di desa
saya. Sedikit sekali siswa yang berani untuk bermimpi, sedikit pula guru-guru
yang mau memotivasi murid-muridnya untuk bermimpi. Dalam kondisi seperti ini
siapa yang dikoreksi habis-habisan ?? Guru ? Orang Tua ? Murid itu sendiri ?
atau bahkan bangsa ini, yang kata Soekarno adalah bangsa kuli.
Lingkungan ibarat enzim yang mampu mengakatalisis pribadai menjadi
pribadi yang jauh lebih baik, namun bukankah substrat yang diubah menjadi
produk adalah pribadi itu sendiri ??
Satu satunya syarat mutlak untuk menjadi seorang pemimpi tangguh
adalah semangat dan etos kerja luar biasa, yang tak terbendung oleh situasi,
kondisi, dan keterbatasan apapun. Semangat tidak hanya dimunculkan dari dalam
diri, namun semangat tersebut haruslah mampu dialirkan dari keberadaan orang
lain, dari kepedulian terhadap lingkungan, dan kemauan untuk membawa perubahan.
Dengan begitu Mimpi tak akan pernah tenggelam oleh kondisi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar