Minggu, 08 April 2012

Perempuan Berkalung Sorban

Perempuan Berkalung Sorban
Starring : Revalina S Temat, Oka Antara, Widyawati, Joshua Pandelaki, Leroy Osmani, Cici Tegal, Ida Leman, Pangki Suwito, Risty Tagor, Berlian Febrianti, Reza Rahardian
Screenplay By : Ginatri S Noer, Hanung Bramantyo
Directed By : Hanung Bramantyo
Produced By : Starvision
Plot Outline : Sinopsis Film
Annisa adalah seorang perempuan anak kyai Salafiah sekaligus seorang ibu dan isteri. Annisa (23th) perempuan dengan pendirian kuat, Cantik dan cerdas. Annisa hidup dalam lingkungan keluarga kyai di pesantren Salafiah putri Al Huda Jombang, Jawa Timur.
Pesantren Salafiah putri Al Huda adalah pesantren kolot dan kaku. Baginya ilmu sejati dan benar hanyalah Quran, Hadist dan Sunnah. Ilmu lain yang diperoleh dari buku-buku apalagi buku modern dianggap menyimpang. Karena itu para santri, termasuk Annisa, dilarang membaca buku-buku tersebut. Dalam pesantren Salafiah putri Al Huda diajarkan bagaimana menjadi seorang perempuan muslim. Seorang muslimah yang baik menurut Islam adalah, tidak diperbolehkan membantah suami; Haram meminta cerai suami; selalu ikhlas menerima kekurangan dan kelebihan suami, termasuk jika suami berkehendak melakukan poligami; Tidak boleh berkata lebih keras dari suaminya, sekalipun dalam menyatakan ketidaksetujuan; Tidak boleh mengulur-ulur waktu bahkan menolak ketika suami mengajak berjimak; Ikhlas menerima pembagian waris sekalipun hanya ¼ bagian. (lebih kecil daripada bagian laki-laki).
Pelajaran itu membuat Annisa beranggapan bahwa Islam sangat membela laki-laki. Islam meletakkan perempuan sangat lemah dan tidak seimbang. Sejak kecil Annisa selalu mendapatkan perlakuan tidak adil dari Kyai.
Annisa juga sering memprotes, ketika Ustadz Ali mengajarkan kitab Ahlkaqul Nisaa, Bulughul Maram dan Bidayatul Mujtahid, yang membahas hak dan kewajiban perempuan dihadapan suami yang dirasa tidak adil bagi Annisa. Annisa selalu merasa dirinya berada dalam  situasi yang salah. Hanya Khudori, paman dari pihak Ibu, yang selalu menemani Annisa. Menghiburnya sekaligus menyajikan ‘dunia’ yang lain bagi Annisa. Khudori selalu menjadi tambatan, curahan perasaan Annisa ketika dirinya diperlakukan tidak adil oleh keluarganya.
Secara diam-diam Annisa mencoba mendaftarkan kuliah ke jogja dan diterima. Tapi kenyataan berkata lain. Kyai Hanan tidak mengijinkan Annisa melanjutkan kuliah ke Jogja, dengan alasan bisa menimbulkan fitnah, ketika seorang perempuan belum menikah berada sendirian jauh orang tua.
Akhirnya Annisa malah dinikahkan dengan Samsudin, seorang anak Kyai dari pesantren Salaf terbesar di Jombang. Pernikahan itu dimaksudnya juga sebagai pernikahan dua pesantren Salafiah yang mana nantinya akan menjadi pesantren besar di kota Jombang seperti Tebu Ireng. Dalam mengarungi rumah tangga bersama Samsudin. Annisa selalu menadapatkan perlakuan kasar dari samsudin. Biduk keluarga Annisa berlangsung bagai neraka. Tubuh Annisa yang semula segar bercahaya, menjadi suram. Apalagi dalam 2 tahun pernikahan, Annisa tidak dikaruniai anak. Annisa berada dalam pusaran gelombang panas yang tidak memiliki harapan untuk keluar.
Dalam keputusasaaan itu, Khudori pulang dari Kairo. Annisa seperti mendapatkan harapan. Tapi Khudori bukan seorang anak Kyai seperti Samsudin. Dia tumpahkan keluh kesah ke Khudori. Annisa meminta Khudori membawanya pergi. Annisa rela dianggap anak durhaka asal dirinya bisa keluar dari kemelut keluarganya. Khudori mencoba meredam ‘bara’ Annisa. Dalam kegusarannya itu, Khudori memeluk Annisa. Namun Samsudin datang dan memergoki keduanya. Khudori diusir dari kelangan keluarga pesantren Al Huda, sementara Annisa pergi ke jogja untuk melanjutkan niatannya sekolah.
Sementara itu Annisa berkembang sebagai muslimah dengan wawasan dan pergaulan yang luas. Lewat studinya sebagai penulis, Annisa banyak menyerap ilmu tentang filsafat modern dan pandangan orang barat terhadap Islam. Banyak buku sudah dihasilkan dari Annisa yang memotret hak perempuan dalam Islam. Annisa dipertemukan lagi dengan Khudori. Keduanya masih sama-sama mencintai. Akhirnya keduanya menikah meski.
Oleh Khudori Annisa disarankan untuk pulang. Dan Annisa mencoba untuk pulang ke pesantren,namun dia tidak masuk kedalam karena dia berpikir dia telah diusir dari rumah. Lalu Annisa pergi ketempat yang sering dikunjungi saat kecil. Disana dia bertemu santriwati,dan memberikan sebuah buku kepada mereka.
Dan saat Annisa mengandung, Khudori meminta agar Annisa istirahat di pesantren untuk menjaga kandungan Annisa. Akhirnya Annisa pulang dan sujud dihadapan ibunya. Saat Annisa di pesantren Annisa bertemu santriwati yang pernah dipinjami buku. Mereka ingin meminjam buku lagi. Dan mereka bertanya, kenapa pesantren tidak mempunyai perpustakaan. Anissa berfikir kalau pesantren itu tidak dapat berkembang, karena santriwati tidak pernah diajarkan berfikir terbuka. Lalu Annisa mengusulkan untuk membangun sebuah “perpustakaan” Agar para santri bisa berkreasi. Namun usulnya pun tidak di setujui oleh kakaknya dan ustad lain. Alasannya karena buku-buku modern itu menyimpang dari ajaran, dan merusak akhlak santriwati.
Walaupun tidak disetujui Annisa tidak menyerah dan berusaha keras mewujudkannya. Diam-diam Annisa membagi-bagikan buku pada santriwati secara diam-diam. Namun semua itu diketahui oleh kakanya, dan mereka berusaha menghentikan Annisa. Lalu buku-buku yang diberikan Annisa dibakar oleh kakaknya dan ustad-ustad lain.
Namun tekad Annisa sudah bulat, dia berusaha sekuat tenaga agar yang di ingankannya itu bisa terwujud. Karena usaha yang sangat keras tanpa mengenal menyerah, akhirnya mereka semua mengerti dan menyadari kekurangan mereka. Annisa pun pada akhirnya dapat mendirikan sebuah perpustakaan untuk para santriwati di pesantren.



Komentar saya:
Menurut saya Annisa ada sebuah contoh yang sangat bagus dan perlu ditiru. Dengan kegigihan dan rasa pantang menyerah dalam upaya berjuang memajukan pesantren melalui perpustakaan. Walaupun banyak kendala, cobaan, tantangan tetapi dia tetap sanggup menjalaninya. Dia berusaha agar para santriwati itu tidak terpaut oleh ilmu yang bersumber dari Al Qur’an dan Al Hadist saja. Tapi ilmu itu dapat bersumber dari mana saja, dan ilmu itu tidak terbatas.
Perustakaan dalam film ini sebenarnya sederhana dan tidak begitu modern, namun yang tersirat dalam film ini adalah bagaimana usaha dalam mencapai tujuannya yaitu mendirikan sebuah perpustakaan itu tidaklah mudah.



BY :    Satrio Pandu B
            D1810088

Tidak ada komentar:

Posting Komentar