Perempuan Berkalung Sorban
Starring : Revalina S Temat, Oka Antara,
Widyawati, Joshua Pandelaki, Leroy Osmani, Cici Tegal,
Ida Leman, Pangki Suwito, Risty Tagor, Berlian Febrianti, Reza Rahardian
Screenplay By : Ginatri S Noer, Hanung
Bramantyo
Directed By : Hanung Bramantyo
Produced By : Starvision
Plot Outline : Sinopsis Film
Annisa adalah seorang perempuan anak kyai Salafiah sekaligus seorang
ibu dan isteri. Annisa (23th) perempuan dengan pendirian kuat, Cantik dan
cerdas. Annisa hidup dalam lingkungan keluarga kyai di pesantren Salafiah putri
Al Huda Jombang, Jawa Timur.
Pesantren Salafiah putri Al Huda adalah pesantren kolot dan kaku.
Baginya ilmu sejati dan benar hanyalah Quran, Hadist dan Sunnah. Ilmu lain yang
diperoleh dari buku-buku apalagi buku modern dianggap menyimpang. Karena itu
para santri, termasuk Annisa, dilarang membaca buku-buku tersebut. Dalam
pesantren Salafiah putri Al Huda diajarkan bagaimana menjadi seorang perempuan
muslim. Seorang muslimah yang baik menurut Islam adalah, tidak diperbolehkan
membantah suami; Haram meminta cerai suami; selalu ikhlas menerima kekurangan
dan kelebihan suami, termasuk jika suami berkehendak melakukan poligami; Tidak
boleh berkata lebih keras dari suaminya, sekalipun dalam menyatakan
ketidaksetujuan; Tidak boleh mengulur-ulur waktu bahkan menolak ketika suami
mengajak berjimak; Ikhlas menerima pembagian waris sekalipun hanya ¼ bagian.
(lebih kecil daripada bagian laki-laki).
Pelajaran itu membuat Annisa beranggapan bahwa Islam sangat membela
laki-laki. Islam meletakkan perempuan sangat lemah dan tidak seimbang. Sejak
kecil Annisa selalu mendapatkan perlakuan tidak adil dari Kyai.
Annisa juga sering memprotes, ketika Ustadz Ali mengajarkan kitab
Ahlkaqul Nisaa, Bulughul Maram dan Bidayatul Mujtahid, yang membahas hak dan
kewajiban perempuan dihadapan suami yang dirasa tidak adil bagi Annisa. Annisa
selalu merasa dirinya berada dalam situasi
yang salah. Hanya Khudori, paman dari pihak Ibu, yang selalu menemani Annisa.
Menghiburnya sekaligus menyajikan ‘dunia’ yang lain bagi Annisa. Khudori selalu
menjadi tambatan, curahan perasaan Annisa ketika dirinya diperlakukan tidak
adil oleh keluarganya.
Secara diam-diam Annisa mencoba mendaftarkan kuliah ke jogja dan diterima.
Tapi kenyataan berkata lain. Kyai Hanan tidak mengijinkan Annisa melanjutkan
kuliah ke Jogja, dengan alasan bisa menimbulkan fitnah, ketika seorang
perempuan belum menikah berada sendirian jauh orang tua.
Akhirnya Annisa malah dinikahkan dengan Samsudin, seorang anak Kyai
dari pesantren Salaf terbesar di Jombang. Pernikahan itu dimaksudnya juga sebagai
pernikahan dua pesantren Salafiah yang mana nantinya akan menjadi pesantren
besar di kota Jombang seperti Tebu Ireng. Dalam mengarungi rumah tangga bersama
Samsudin. Annisa selalu menadapatkan perlakuan kasar dari samsudin. Biduk
keluarga Annisa berlangsung bagai neraka. Tubuh Annisa yang semula segar
bercahaya, menjadi suram. Apalagi dalam 2 tahun pernikahan, Annisa tidak
dikaruniai anak. Annisa berada dalam pusaran gelombang panas yang tidak
memiliki harapan untuk keluar.
Dalam keputusasaaan itu, Khudori pulang dari Kairo. Annisa seperti
mendapatkan harapan. Tapi Khudori bukan seorang anak Kyai seperti Samsudin. Dia
tumpahkan keluh kesah ke Khudori. Annisa meminta Khudori membawanya pergi.
Annisa rela dianggap anak durhaka asal dirinya bisa keluar dari kemelut
keluarganya. Khudori mencoba meredam ‘bara’ Annisa. Dalam kegusarannya itu,
Khudori memeluk Annisa. Namun Samsudin datang dan memergoki keduanya. Khudori
diusir dari kelangan keluarga pesantren Al Huda, sementara Annisa pergi ke
jogja untuk melanjutkan niatannya sekolah.
Sementara itu Annisa berkembang sebagai muslimah dengan wawasan dan
pergaulan yang luas. Lewat studinya sebagai penulis, Annisa banyak menyerap
ilmu tentang filsafat modern dan pandangan orang barat terhadap Islam. Banyak
buku sudah dihasilkan dari Annisa yang memotret hak perempuan dalam Islam. Annisa
dipertemukan lagi dengan Khudori. Keduanya masih sama-sama mencintai. Akhirnya
keduanya menikah meski.
Oleh Khudori Annisa disarankan untuk pulang. Dan Annisa mencoba
untuk pulang ke pesantren,namun dia tidak masuk kedalam karena dia berpikir dia
telah diusir dari rumah. Lalu Annisa pergi ketempat yang sering dikunjungi saat
kecil. Disana dia bertemu santriwati,dan memberikan sebuah buku kepada mereka.
Dan saat Annisa mengandung, Khudori meminta agar Annisa istirahat di
pesantren untuk menjaga kandungan Annisa. Akhirnya Annisa pulang dan sujud
dihadapan ibunya. Saat Annisa di pesantren Annisa bertemu santriwati yang
pernah dipinjami buku. Mereka ingin meminjam buku lagi. Dan mereka bertanya,
kenapa pesantren tidak mempunyai perpustakaan.
Anissa berfikir kalau pesantren itu tidak dapat berkembang, karena santriwati
tidak pernah diajarkan berfikir terbuka. Lalu Annisa mengusulkan untuk
membangun sebuah “perpustakaan” Agar
para santri bisa berkreasi. Namun usulnya pun tidak di setujui oleh kakaknya
dan ustad lain. Alasannya karena buku-buku modern itu menyimpang dari ajaran,
dan merusak akhlak santriwati.
Walaupun tidak disetujui Annisa tidak menyerah dan berusaha keras
mewujudkannya. Diam-diam Annisa membagi-bagikan buku pada santriwati secara
diam-diam. Namun semua itu diketahui oleh kakanya, dan mereka berusaha
menghentikan Annisa. Lalu buku-buku yang diberikan Annisa dibakar oleh kakaknya
dan ustad-ustad lain.
Namun tekad Annisa sudah bulat, dia berusaha sekuat tenaga agar yang
di ingankannya itu bisa terwujud. Karena usaha yang sangat keras tanpa mengenal
menyerah, akhirnya mereka semua mengerti dan menyadari kekurangan mereka.
Annisa pun pada akhirnya dapat mendirikan sebuah perpustakaan untuk para santriwati di pesantren.
Komentar saya:
Menurut saya Annisa ada sebuah contoh yang sangat bagus dan perlu
ditiru. Dengan kegigihan dan rasa pantang menyerah dalam upaya berjuang memajukan
pesantren melalui perpustakaan. Walaupun banyak kendala, cobaan, tantangan tetapi
dia tetap sanggup menjalaninya. Dia berusaha agar para santriwati itu tidak
terpaut oleh ilmu yang bersumber dari Al Qur’an dan Al Hadist saja. Tapi ilmu
itu dapat bersumber dari mana saja, dan ilmu itu tidak terbatas.
Perustakaan dalam film ini sebenarnya sederhana dan tidak begitu
modern, namun yang tersirat dalam film ini adalah bagaimana usaha dalam
mencapai tujuannya yaitu mendirikan sebuah perpustakaan itu tidaklah mudah.
BY : Satrio
Pandu B
D1810088
Tidak ada komentar:
Posting Komentar